Minggu, 28 Februari 2016

Kemarilah

Aku mengundangmu kemari,
Disini kawan disini
Dimana canda dibumbui caci
Tempat cerita walau sambil memaki

Jadi jangan kau pungkiri,
Kau tak bisa hidup sendiri,
Datanglah kemari di hari-hari sepi
Gerbang tak pernah di tutupi

Kau, aku, dia, mereka, dan kita
Selalu jadi kami di tempat ini
Tempat dimana berangan jua bercita,
Hanya di teras  mimpi

Kemari lah datang kemari,
Bersama lihat daun bersemi
Sampai saat gugur menghampiri

Kemari lah kemari,

Mungkin untuk sekedar nikmati teh ataupun kopi



(Puisi ini telah masuk ke dalam buku antologi puisi dari penerbit Rumahkayu Publishing, di dalam buku yang berjudul "Mata Yang Bercerita", bersama dengan dua karya saya yang lain.)

Sabtu, 03 Oktober 2015

Dialog Dengan Penguasa Kencana

Termenungku di kaki gunung seribu...
Dalam sepinya malam yang mengaharu biru
Bersama gelap malam, ditemani remang bulan
Dan disinari bintang yang kelam
Perlahan tanyaku menggebu-gebu

Wahai penguasa kencana...
Yang duduk diatas kursi besar
Yang mengatas seluruh semesta dan jagat raya
Lalu nyatakah indah surgamu?
Dan perihkah siksa nerakamu?

Wahai penguasa kencana...
Lalu? Bagaimana denganku?
Seorang pendosa yang menapaki semestamu ini?
Apa surga akan membalasku,

atau neraka akan siksa aku...

Selasa, 29 September 2015

Memori Di Pondok Cina (Romansa)

untuk seseorang yang selalu aku rindukan,

Di stasiun Pondok Cina,
Dalam hiruk pikuknya di awal malam
Orang berlalu lalang,
dan kereta itu pun datang

Ku lihat senyum mu kasih,
melambai lambai menyapa berseri
Sekejap seakan menghidupi, kasih
Gelapnya ruang hati yang sedari kemarin menanti

Lalu aku berkata dengan khidmat,
“aku rindu padamu, rindu sekali”
“tidak kah ada sepenggal rindu untuk ku dari mu?”
Sekejap kau balas kata-kata ku dengan pelukan

Lalu kita kian berbincang
Akan apa yang kita lalui dalam jarak
Yang selalu khas dibumbui rindu
Dengan rasa perih dalam penantian

Malam, waktumu terlalu cepat berlalu
Kini kami akan berpisah kembali dalam rindu
Keretamu datang, dan akan membawa kenangan,
Akan pertemuan singkat yang kita nanti

Lalu perlahan senyum mu hilang di kerumunan
Dalam hiruk pikuk jam pulang kerja di stasiun
Keretamu telah melaju, membawamu pulang
Dan membawa kembali rindu dan penantian yang sama

Aku berkaca-kaca saat keretamu melaju

Ah sudahlah, esok lusa kita jumpa pula

Senin, 28 September 2015

Nanti, Nanti Ku Nanti

Lalu kurasa rindu membekas di hati
Siapa punya rindu ini?
Yang kian hari mencipta memori
Lalu terus menguak kan imaji
Tapi tetap aku sendiri
Bincangku dalam sunyi sepi
Sampai sampai timbul lah fantasi
Akan sebuah ekspektasi
Yang ingin timbulnya reaksi
Di dalam hatimu oh peri
Timbulnya sebuah reaksi
Reaksi yang masih sehati,
yang sama dengan si penanti
Ku nanti,

nanti kau terus ku nanti